Kamu tahu, aku pernah berpikir bahwa tak ada satu pun kata yang benar-benar mampu mewakili perasaan manusia. Bahkan penyair paling hebat pun, yang hidupnya diabdikan untuk menulis puisi dan menelanjangi emosi, pada akhirnya akan terdiam saat berhadapan dengan cinta yang sungguh-sungguh.
Mungkin itu sebabnya aku menulis ini—bukan karena aku merasa mampu menjelaskan semuanya, tapi justru karena aku tahu aku tidak akan pernah bisa. Karena kamu, adalah hal yang tak selesai ditulis, tak selesai dibaca, dan tak selesai dicintai.
Kamu lebih indah dari sekadar apa yang aku tulis. Bahkan ketika kuletakkan hatiku di setiap kata, tetap saja kamu terlalu luas untuk dijelaskan dalam larik-larik sajak. Kamu bukan hanya inspirasi; kamu adalah sebab dari lahirnya bahasa yang sebelumnya tak pernah ada dalam benakku. Kamu membuat aku mencipta dunia lain di mana hujan turun lembut seperti tatapan matamu, dan matahari terbit dari senyummu yang sederhana.
Sajak yang tak biasa ini, yang mungkin bagimu hanya kumpulan kata dari seorang pemuja yang terlalu tenggelam dalam rasa, ia lahir dari hati yang telah kehilangan logika. Setiap baitnya adalah upaya untuk meredam luka yang pernah ada, agar saat kamu membacanya, tak ada duka yang membekas. Aku ingin kamu membaca ini dalam diam, dengan senyum tipis dan dada yang hangat.
Aku berusaha sebisa mungkin menghilangkan segala bentuk lara dari setiap kalimat. Karena dunia ini sudah terlalu berat, dan aku tidak ingin kamu membawa beban lagi, terutama dari aku. Kalau kata bisa jadi pelukan, maka biarlah tulisanku ini menjadi dekapan yang tak meminta balasan. Aku tidak ingin apa-apa, selain melihat kamu bersukacita, walau hanya karena sepotong sajak.
Kuharap matamu tak pernah lelah. Kuharap waktu tak membuatmu berpaling. Karena kabarnya, jemariku tak akan berhenti menulis. Kata-kata ini akan terus mengalir seperti sungai yang tak pernah habis—mengantar rinduku dari kejauhan, atau mungkin sekadar menjaga namamu tetap hidup dalam halaman yang tak seorang pun membaca, kecuali kamu.
Dan kalau kamu bertanya, apakah ini cinta? Maka aku takkan menjawab dengan pasti. Karena bagiku, cinta tak perlu dijelaskan. Ia hanya perlu dirasakan, dalam diam, dalam getir, dalam keheningan malam saat kamu membaca ini sendirian dan merasa bahwa seseorang di luar sana mencintaimu dalam diam yang sangat dalam.
Jangan salahkan aku karena sudah jatuh cinta.
Tapi bertanyalah pada dirimu sendiri:
"Mengapa kamu harus terlahir begitu sempurna?"
Sempurna bukan karena kamu tanpa cela. Tapi karena kamu tetap terlihat indah, bahkan dengan luka-luka yang kamu sembunyikan. Sempurna karena kamu tak pernah berpura-pura. Karena kamu hidup dengan cara yang jujur dan mencintai dengan cara yang sederhana, tanpa tahu bahwa hal itu sudah cukup membuat seseorang seperti aku merasa utuh.
Di dunia ini, ada banyak puisi yang ditulis tanpa pernah dibaca, dan banyak cinta yang dirasakan tanpa pernah diungkapkan. Tapi kamu adalah keduanya: puisi yang ingin selalu kubaca, dan cinta yang ingin selalu kusimpan, bahkan jika dunia tidak mengizinkan kita bersama.
Kamu adalah sajak yang tak pernah selesai.
Dan aku... adalah penyair yang tak pernah ingin berhenti menuliskanmu.
Yogyakarta, 28 Juni 2025
Deargantara