Selasa, 18 Februari 2025

Demi Tuhan, Aku Bahagia

Posted by Deargantara Ibnoe Zekan on 23.59 with No comments

Aku bahagia, Demi Tuhan.  

Terkadang, kita menjalani hidup dengan segala keraguan, kebingungan, dan kesendirian, mencari makna dalam setiap langkah yang kita ambil. Namun, aku menemukan makna itu di dalam Komunitas Yogyakarta Book Party. Inilah alasan aku masih bisa merasakan indahnya hidup hingga detik ini. Komunitas ini bukan sekadar tempat berkumpul; ia telah menjadi rumah bagi jiwaku, sebuah keluarga yang tak pernah aku duga akan kutemukan. Di tengah segala gejolak hidup, komunitas ini memberikan pelipur lara, pengharapan, dan semangat yang tak terhingga.


Aku dikelilingi oleh tim yang luar biasa—sekelompok orang yang, dengan semangat 45 yang tak pernah padam, selalu siap bekerja keras dan memberi yang terbaik. Mereka adalah orang-orang yang membuatku merasa ada, memberi makna dalam setiap langkah kecil yang aku ambil. Bahkan dalam kelelahan yang tak terhingga, mereka selalu mampu memberiku alasan untuk terus berjuang. Dan para Bookmates, yang aku sebut sebagai bagian dari keluarga ini, selalu memberi banyak insight, banyak pencerahan. Mereka, dengan segala kerendahan hati dan semangatnya, memberikan banyak hal yang tak ternilai bagi diriku.


Juga, para mitra yang menjalin kerja sama dengan komunitas ini, mereka bukan hanya sekadar teman atau kolega, tetapi telah menjadi bagian dari jaringan yang begitu kuat, yang membentuk jalinan yang saling menguatkan dan menginspirasi. Semua ini adalah sesuatu yang tak bisa aku bayangkan sebelumnya—suatu kekuatan yang mengalir begitu deras, memberikan kehidupan pada setiap sudut komunitas ini.


Pada 19 Februari 2024, aku diberi amanah yang luar biasa berat—menjadi Penanggung Jawab dari komunitas ini. Aku tak tahu bagaimana bisa sampai di titik ini, tapi sejak hari itu, aku merasa seolah hidupku tidak lagi milikku sendiri. Hidup dan matiku sepenuhnya aku serahkan untuk komunitas ini, dan aku berjanji untuk terus berjuang demi semua orang yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Setahun sudah berlalu, waktu terus berjalan tanpa ampun, dan aku sadar, tak ada yang bisa melawan laju waktu. Meski hati ini terus berjuang untuk bertahan, aku merasakan tanda-tanda bahwa masaku di sini sudah hampir tiba di akhir.


Aku ingin meminta maaf. Maafkan aku, para Bookmates, jika dalam perjalanan ini aku tak selalu menjadi pemimpin yang kalian harapkan. Maafkan aku jika ada kata-kata atau tindakan yang pernah menyakitimu, yang mungkin mengecewakanmu. Aku tahu, aku bukanlah sosok yang besar seperti Napoleon, yang mampu memimpin dengan tegas dan bijaksana. Aku juga bukan seperti Sultan Al-Fatih, yang membawa harapan dan kemenangan bagi rakyatnya. Aku hanya Dirga—seorang manusia biasa dengan segala keterbatasan, mencoba memberikan yang terbaik meski kadang terasa kurang.


Setahun ini, aku menyadari betapa besar tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang pemimpin. Ada banyak kekurangan yang aku temui dalam diriku—keputusan-keputusan yang mungkin salah, kata-kata yang mungkin tidak tepat, atau bahkan kegagalan yang tak bisa kuhindari. Aku hanya bisa berharap bahwa meskipun aku tidak sempurna, aku telah memberikan sedikit kebaikan bagi komunitas ini. Namun, apakah kebaikan itu cukup? Apakah cukup bagi kalian untuk melihat segala usaha dan niat baikku? Ataukah aku hanya seorang yang berusaha keras meski pada akhirnya tetap gagal memenuhi harapan yang ada?


Aku memohon, jika di hari akhirnya nanti, ketika aku tak lagi ada di sini atau tak lagi memimpin komunitas ini, tolong ingatlah hanya kebaikan-kebaikan yang aku lakukan. Ingatlah bahwa di balik setiap langkah, di balik setiap keputusan, ada niat baik yang aku upayakan. Jika ada kenangan yang tersisa, biarlah itu yang kalian bawa. Biarkanlah itu yang menjadi kenangan tentangku—meski aku tahu, aku bukanlah sosok sempurna yang layak dikenang seperti para pemimpin besar. Namun, aku berharap kalian bisa melihat kebaikan itu, meski hanya seberapapun kecilnya.


Dan, aku bertanya pada diriku sendiri, dengan hati yang penuh keraguan, apakah aku pantas meminta itu dari kalian? Apakah aku cukup layak untuk dikenang dengan cara yang baik setelah semua yang kurang dan salah yang mungkin pernah aku lakukan? Aku tidak tahu jawaban pasti untuk itu. Yang aku tahu, hanya ini: aku telah memberikan segala yang aku bisa, meski tidak semuanya berhasil.


Tolong, jika suatu hari nanti kalian bersaksi di hadapan Tuhan, di hari penghakiman kelak, beritahukan pada-Nya bahwa aku sudah berusaha sekuat tenaga. Walaupun tak semua yang aku lakukan berhasil, aku berusaha dengan sepenuh hati untuk komunitas ini, untuk kalian semua. Aku tak meminta lebih, hanya ingin kebaikan yang aku lakukan dihargai, meski dalam keterbatasanku.


Aku ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk setiap dukungan, setiap kehadiran, dan setiap semangat yang kalian berikan. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini, dan terima kasih telah memberi aku kesempatan untuk menjadi bagian dari perjalanan kalian. Jika ada yang harus aku minta, hanya satu hal—biarkanlah kita semua tetap menjadi keluarga, meskipun tak lagi bersama dalam komunitas ini. Biarlah cinta dan semangat kita terus hidup, bahkan setelah aku tak lagi memimpin.

.

.

.














0 komentar:

Posting Komentar